Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilakukan mahasiswa Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal kali ini berbeda dari sebelumnya. Mahasiswa berinisiatif melestarikan kesenian tradisional kuda lumping sapu jagad di Desa Blubuk, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal.
“Jadi kami ingin menguatkan kearifan lokal sekaligus berkontribusi terhadap transformasi sosial,” kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IBN Tegal Dr Zaki Mubarok MSI.
Zaki menjelaskan, tema dalam KKN ini adalah Meneguhkan Kearifan Lokal dalam Transformasi Sosial. KKN ini fokus pada penyebaran informasi tentang keunikan kesenian kuda lumping sapu jagad melalui platform digital.
Kesenian ini merupakan kombinasi antara pencak silat sapu jagad dan tarian kuda lumping tradisional. Kesenian dikenal luas dan diwariskan turun-temurun di Desa Blubuk. Dipimpin oleh molim (pawang kuda lumping) yang bersejarah yaitu Sunogo. Setiap beraksi, mereka selalu menggunakan alat-alat musik tradisional seperti kendang dan terompet.
“Komunitas ini menarik perhatian lintas generasi,” kata Zaki.
Untuk pencarian anggota baru, lanjut Zaki, harus memenuhi kriteria tertentu. Khususnya bagi mereka yang ingin menjadi molim, mengingat peran spiritual yang tinggi dalam kesenian ini. Menurut Zaki, mahasiswa KKN yang berkolaborasi dengan masyarakat ini tidak hanya memperlihatkan kesenian dalam ragam festival lokal, tapi juga merekrut untuk meneruskan budaya tersebut. Pendidikan fisik dan spiritual menjadi inti dari latihan, mencerminkan konsep bahwa budaya tidak lepas dari aspek ibadah dalam kehidupan.
Zaki mengemukakan, program pelestarian ini telah mendapat respons positif dari masyarakat. Mereka sangat terhibur dan merasa termotivasi untuk menjaga warisan budayanya. Melalui penyebarluasan sosial media Instagram dan pemberitaan oleh media massa, mahasiswa KKN IBN Tegal berharap agar kesenian Kuda Lumping Sapu Jagad dikenal lebih luas dan dapat diapresiasi oleh banyak orang di Indonesia.
“Kegiatan ini juga didukung penuh oleh UKM LPM Tanpa Titik, yang turut memberikan dukungan dalam proses publikasi,” sambungnya.
Disebutkan, bahwa inisiatif ini menjadi cermin dari semangat para mahasiswa dan masyarakat Desa Blubuk dalam menjaga kekayaan budaya lokal. Sehingga tidak tergerus oleh zaman. Selain menjadi sarana hiburan, keberadaan kesenian Kuda Lumping Sapu Jagad telah memberikan makna akan pentingnya melestarikan identitas dan warisan budaya. Terlepas dari upaya mahasiswa dan masyarakat, kesenian kuda lumping ini adalah contoh nyata dari kebudayaan yang tetap bertahan dan berkembang meskipun di tengah arus modernitas. Dengan program pelestarian ini, diharapkan kearifan lokal dapat semakin mengakar dan dikembangkan oleh generasi yang akan datang.
“Semoga penggunaan media digital ini mampu meningkatkan kesadaran dan kebanggaan terhadap kekayaan budaya yang dimiliki, sekaligus melestarikan kesenian tradisional sebagai salah satu identitas bangsa yang tidak ternilai harganya,” tutupnya.