Dalam sebuah dialog kajian Ramadan, ada sebuah pertanyaan kepada ustadz Muhammad Alim Kahfi tentang cara orang tua membiasakan anak berpuasa di bulan suci ramadhan. Disampaikan oleh Ustadz Alim, orang tua memiliki tanggung jawab dihadapan Allah SWT untuk mendidik anaknya sesuai dengan ajaran Islam. Di antara bagian pendidikan Islam bagi anak adalah membiasakan mereka untuk melakukan amal Saleh terutama amal wajib seperti shalat dan puasa. Dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat 6. “Wahai orang-orang yang beriman, lindungilah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (Q.s. At-Tahrim: 6).

Menurut ustadz Alim Kahfi yang juga Dosen Insititut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal ini, ayat di atas menunjukan bahwa beban tanggung jawab sebagai orang tua dan setiap individu untuk mendidik keluarga dan anak-anaknya agar mengenal Allah dan ajaran Islam, menjalankan perintah-perintah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. “Maka sebuah keniscayaan bagi orang tua untuk mengajarkan dan membiasakan anak berpuasa,” kata Ustadz Kahfi. Di antara cara yang dapat dilakukan dalam rangka mengajarkan dan membiasakan anak berpuasa sebagai berikut:

Pertama, bercerita tentang keutamaan-keutamaan puasa. Maksudnya, disampaikan bahwa anak-anak akan mudah menerima informasi melalui cerita-cerita yang menarik, cerita-cerita yang mampu mengobarkan semangat anak-anak, cerita- cerita tentang “Fadhilah” atau keutamaan yang diperoleh bagi orang-orang yang menjalankan puasa. Sehingga diharapkan anak semangat dalam melaksanakan latihan berpuasa.

Kedua, Tidak memaksa. Rasulullah SAW dan para sahabat mengajarkan puasa pada anak sejak dini. Seorang sahabat Rasulullah yang bernama Ruba’i binti Mu’awwidz pernah memberikan saran dan petunjuk dalam mengajarkan puasa pada anak-anak dengan ungkapannya: “Kami menyediakan mainan yang terbuat dari wol atau bulu (sejenis boneka) untuk anak-anak kami. Jika mereka menangis minta makan, kami memberi mainan tadi. Begitu sampai waktu berbuka tiba”. Artinya bahwa jika anak kita merasa lapar maka kita dapat memberikan pengalihan perhatian dengan mengajak mereka bermain, memberikan alat permainan atau pergi mencari hiburan.

Ketiga, bersikap tegas. Dalam membiasakan ibadah pada anak, orang tua juga perlu bersikap tegas tetapi tidak bersifat memaksa agar anak mau melaksanakannya. Sikap disiplin yang baik dari orang tua juga sangat menentukan dalam pembentukan kebiasaan beribadah pada anak. Sehingga dapat memberikan motivasi terhadap anak-anaknya dalam melaksanakan ibadah secara teratur karena Allah SWT.

Keempat, Mengajarkan anak menghormati orang yang sedang berpuasa.Jika anak tidak sanggup melakukan ibadah puasa, mereka diajarkan bagaimana caranya untuk menghormati orang yang sedang berpuasa, seperti tidak makan dan minum dihadapan orang yang sedang berpuasa. Lalu mereka diingatkan agar menahan makan dan minum sampai waktunya berbuka puasa.

Kelima, Memberikan Reward atau penghargaan. Orang tua dapat memberikan penghargaan berupa hadiah yang disukai anak- anak jika mereka dapat menyelesaikan puasa mereka dalam sehari, seminggu atau sebulan penuh. Sehingga anak-anak akan lebih bersemangat dalam menjalankan puasa. Dalam perspektif kajian psikologi, hal tersebut membuat anak akan memandang hal positif tentang puasa.

Bagi mereka puasa tidak menyusahkan tetapi kebahagiaan karena ada hadiah yang menanti dan membuat anak akan gembira menyambut bulan puasa. Kelak jika mereka dewasa seiring dengan perkembangan usianya mereka akan mengetahui dengan sendirinya bahwa bukan hadiah yang mereka harapkan, melainkan ridha Allah SWT karena telah menjalankan kewajiban yang telah disyari’atkan-Nya. Ustadz Kahfi menyimpulkan, dalam rangka memberikan pelatihan dan pembiasaan puasa pada anak yang lebih penting adalah menggunakan metode keteladanan dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitar anak-anak

———
Artikel ini sudah Terbit di AyoTegal.com
Penulis: Dwi Ariadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.Ruas yang wajib ditandai *