Malaysia, 14 Oktober 2024 – Dalam sebuah langkah inovatif yang menjembatani batas negara, tim dosen dari Indonesia, terdiri dari H. Itmam Aulia Rakhman, Lc., MSI, Dr. Zaki Mubarok, MSI, dan Miftahul Janah, M.Hum. dari Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal, Dr. Hj. Aris Puji Purwatiningsih MSI dari Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang, serta Dr. Harini Abrilia Setyawati, S.E., MSI. dan Dr. Siti Nur Azizah, S.E., M.M. dari Universitas Putra Bangsa Kebumen, telah berhasil melaksanakan program sosialisasi Al-Quran Digital Berbasis Isyarat di Institut Tahfiz Bintulu (ITB), Sarawak, Malaysia.
Program ini merupakan wujud nyata dari komitmen untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua, termasuk bagi para Penyandang Disabilitas Rungu Wicara (PDSRW). Melalui sosialisasi ini, diharapkan semakin banyak PDSRW yang dapat mengakses dan memahami kandungan Al-Quran.
Al-Quran Digital Berbasis Isyarat merupakan sebuah inovasi teknologi diinisiasi oleh Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Kementerian Agama Republik Indonesia yang memungkinkan para PDSRW untuk mempelajari Al-Quran dengan menggunakan bahasa isyarat. Dengan adanya alat bantu ini, para penyandang disabilitas dapat lebih mudah memahami makna ayat-ayat suci dan memperdalam pemahaman agama Islam.
Selama kegiatan sosialisasi, tim dosen dari Indonesia memberikan pelatihan intensif kepada para pengajar dan santri ITB. Pelatihan meliputi cara menggunakan Al-Quran Digital Berbasis Isyarat, teknik-teknik pembelajaran yang efektif, serta tips-tips untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Selain itu, tim juga memberikan pendampingan secara langsung kepada para peserta untuk memastikan bahwa mereka dapat mengoperasikan alat bantu ini dengan baik.
Syekh Husin Zainal Arifin, Mudir Institut Tahfiz Bintulu, Sarawak, Malaysia menyampaikan apresiasi atas program ini. Beliau menyatakan bahwa sosialisasi Al-Quran Digital Berbasis Isyarat merupakan langkah yang sangat berarti untuk memberikan akses yang lebih luas kepada para santri yang memiliki keterbatasan pendengaran.
“Kami berharap kerjasama ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi lembaga pendidikan lainnya untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan para penyandang disabilitas,” ujarnya.
Tim pengabdi berharap program ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lainnya untuk lebih memperhatikan kebutuhan para penyandang disabilitas. Selain itu, diharapkan juga dapat mendorong pengembangan inovasi teknologi yang lebih banyak lagi untuk mendukung aksesibilitas bagi semua.