Tegal, 2 Juli 2025 – Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (HMPS PAI) Institut Agama Islam Bakti Negara (IBN) Tegal sukses menggelar sebuah ajang pengkolaborasian antara kompetisi kekreatifan mahasiswa dengan kajian intelektual melalui seminar pendidikan nasional dengan tajuk “Festival PAI 2025” yang bertujuan menggali potensi mahasiswa PAI serta menumbuhkan semangat spirit islami.
Kegiatan ini tentunya menjadi sebuah momentum esensial bagi mahasiswa karena bukan hanya menunjukkan potensi dan bakat di bidang lomba, tetapi juga penguatan wawasan intelektual dan spiritual melalui seminar nasional, yang tentunya pemaparan kajiannya disampaikan oleh narasumber yang profesional.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan pembukaan dilanjut dengan perlombaan-perlombaan, yang mana perlombaan ini dimulai dari tanggal 29 – 30 juni, Festival PAI 2025 menghadirkan tiga cabang lomba yakni :
•Fun futsal, yang tujuannya tentu untuk menguji kekompakan, sportivitas, dan kerjasama tim antar mahasiswa
•Tilawah, diharapkan bisa menggali kembali potensi-potensi mahasiswa PAI yang memiliki bakat dibidang mengaji, sehingga bisa melantunkan kalam ilahi dengan indah dan menyentuh hati
•Khitobah, sebagai bentuk pengasahan kemampuan dalam beretorika serta menumbuhkan kecakapan lisan sehingga dapat menyampaikan pesan-pesan kebaikan.
Seluruh mahasiswa PAI sangat berantusias mengikuti perlombaan ini, karena bukan hanya sarana pencarian bakat dan penggalian potensi diri, tetapi guna mempererat ukhwah islami antar mahasiswa PAI.
Memasuki puncak acara yakni Rabu, 2 juli 2025 dengan diselenggarakan seminar nasional dengan tema : “Eksistensi Mahasiswa PAI di era Disrupsi” tema yang sangat menarik dan harus kita telisik.
Acara resmi dibuka oleh panitia dan dihadiri oleh beberapa tokoh kampus, di antaranya:
Rektor Institut Agama Islam Bakti Negara Tegal, Dr. H. Saefudin, M.A.
Dekan FITK, Bapak Sobirin M.Pd
Kaprodi PAI, Bapak Saeful Bahri, M.Pd.I
Pembina HMPS PAI, Bapak Irfan Fauzan, M.Pd
Dalam sambutannya mereka mengapresiasi semangat dan kreativitas mahasiswa terhadap kontribusinya dalam seminar ini, Seminar dipandu dan dimoderatori salah satu mahasiswa yakni Diva Musdalifah dan diisi oleh Bapak Noval Maliki, M.Pd., seorang dosen ISIF Cirebon yang aktif sebagai penulis dan pengamat pendidikan Islam kontemporer. Ia adalah seorang yang kompeten dan berdedikasi tinggi dalam mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan isu-isu kontemporer.
Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa mahasiswa harus memiliki tiga kunci utama menghadapi era Disrupsi:
1. Kemampuan pedagogis yakni mengajar dengan metode yang mendidik bukan sekedar menyampaikan.
2. Literasi digital dengan memahami dan menguasai akses digital dan menjadikannya sebagai wadah dakwah dan pendidikan.
3. Berpikir kritis yang tujuannya tentu agar tidak mudah terjebak fanatisme dan pemikiran sempit, serta agar dapat menilai sesuatu dengan logis dan objektif.
Sesi diskusi pun dibuka, mahasiswa pun berantusias melemparkan pertanyaan , dan dari jalannya diskusi interaktif antara peserta dan narasumber, dapat disimpulkan bahwa :
Mahasiswa PAI di era disrupsi dituntut dan diharuskan untuk menjadi lidah hikmah yang adaptif, responsif, dan progresif yang aktif berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, yang tentu saja bukan hanya di dunia nyata, tetapi juga di dunia maya. Penyampaian dakwah masa kini harus disampaikan dengan gaya yang komunikatif dan interaktif agar mudah diterima generasi muda. Jangan jadikan Media sosial sebagai tekanan, ancaman, dan gangguan tetapi jadikan sebagai kesempatan dan peluang besar untuk mewadahi penyebaran nilai-nilai keislaman.
Menjelang siang, seluruh rangkaian telah usai, butir makna telah dituturkan dan semangat telah ditumbuhkan,
peserta, dosen, dan narasumber berdiri berdampingan untuk berfoto sebagai simbol kebersamaan,
Acara ditutup dengan suasana hangat dan gemuruhnya tepukan tangan.
“Festifal PAI ini bukan akhir dari jejak aksi, tapi awal dari langkah dan semangat baru untuk terus berdedikasi mengikuti zaman di era Disrupsi “